Tuesday 12 March 2013

Story 1-End



 Kellan melihat sosok Aria yang sedang berdiri sendirian di balcon. Menatap langit malam dengan hembusan angin musim gugur yang meniup rambut light brown Aria yang malam ini tergerai indah sampai bahunya. Matanya yang coklat gelap itu seperti terpaku pada langit sampai – sampai ia tak menyadari kehadiran Kellan yang sedari tadi menatapnya dengan kagum. She’s beautiful, like always.
Saat itu, Kellan, Arianna (Aria) sahabatnya sejak kecil, kakaknya Jessie dan pacarnya Auxy yang awalnya adalah musuh besar Kellan (walaupun sampai sekarang masih sering sekali bertengkar tapi setidaknya mereka tidak selalu berusaha saling membunuh dengan tatapan mereka seperti saat pertama mereka bertemu), dan juga ayahnya sedang mengadakan acara makan malam untuk merayakan keberhasilan Kellan dalam memenangkan kasus ayahnya yang difitnah oleh teman bisnisnya telah menggelapkan uang perusahaan.
                “What are you thinking?” suara Kellan tiba – tiba, membuat Aria kaget.
                “Huh?” adalah respon Aria saat sadar kalau Kellan bertanya padanya. Kellan tersenyum. Dia suka ekspresi Aria tiap kali dia terkaget saat sedang berpikir. Seolah olah dia baru kembali ke dunia nyata setelah berpikir dalam dunianya sendiri. Dan wajahnya saat itu… entah kenapa membuat Kellan betah berlama lama memandanginya.
                “I asked, what are you thinking?” ulangnya.
                “Something.”
                “About?”
                Aria menatap Kellan. Dia selalu ingin tahu apa yang sedang Aria pikirkan. Bukannya Aria merasa risih atau apa, hanya saja dia merasa aneh. Memang apa yang menarik dari pikiran – pikirannya?
“Jess and Auxy,” jawabnya.
                “Ada apa dengan mereka? Oh no, jangan bilang kalau kau jealous Auxy pacaran sama kakak ya? Jangan bilang kalau selama ini you have a crush on my big brother?” kata Kellan dengan nada bercanda. Tapi kalau dipikir – pikir lagi, membayangkan Aria ternyata suka pada kakaknya…
                “Yeah, I’m jealous…” Kellan heart’s sank.
                “Tapi bukan karena aku suka pada kakakmu. It’s…” lagi – lagi Aria menghentikan ucapannya.
                “What?” tanya Kellan. Terdengar nada lega dalam pertanyaannya itu.
                “Aku Cuma berpikir, pasti senang punya seseorang yang care ke kita, kayak Auxy ke Jess dan Jess ke Auxy,” jelasnya.
                Kellan mengangguk, mengerti perasaan Aria, “I know. Sometimes, I hope I have someone like Jess had,” akunya.
                “Well, why don’t you try to find her?”
                “I—I already found her. Sadly, she seems to like other guy.”
                “Really? Do I know the girl?” Tanya Aria dengan nada penasaran. But deep down, she’s crushed. I think I don’t have another chance, pikirnya.
                “Yeah, you know her so damn well.”
                Aria frowned, thinking hard, “Reyna?” tebaknya.
                “Obviously not,” jawab Kellan memutar bola matanya. Tunangan yang dipilih oleh ayahnya itu tak kan mungkin bisa merebut hatinya.
                Tiba – tiba Aria gasping, making Cazz confused with what she might be thinking, “Don’t tell me it’s Auxy.”
                “What!? Where the hell do you get that idea? You know I really hate her!”
                “But it’s just like in the movies. A boy and a girl hates each other, and in the end they’re falling in love…”
                “You’re way too much watching movies,” again, Kellan rolled his eyes at her.
                "So, who’s the poor girl?”
                “Poor girl? You do realize that I am the hottest, smartest, guy in the world, right? She’ll be the luckiest girl in the world to get me, you know?” kata Kellan dengan nada bangga pada dirinya sendiri. Rambut blondenya yang cerah dan matanya yang hijau itu memang membuat banyak wanita terperangkap dalam keindahannya. Aria adalah salah satu dari wanita – wanita itu.
                “Don’t be too cocky,” kata Aria sambil tersenyum. Ya, siapapun gadis yang dia sukai akan menjadi gadis yang paling beruntung di dunia.
                “Seriously. Who is she?” Tanya Aria makin penasaran.
                Kellan menatap langit yang tadi ditatap oleh Aria. This is it. It’s now or never.
                “You,” jawabnya pelan, hampir berbisik. Tapi Aria mendengarnya dengan sangat jelas, bahkan ditengah tiupan angin musim gugur yang cukup kencang, Aria mendengarnya.
                “Me?” kata Aria sama pelannya dengan suara Kellan.
                Kellan mengangguk. Walaupun Aria tak membalas cintanya, at least he said it.
                “Please Kellan, stop fooling around,” kata Aria tidak percaya pada pengakuan Kellan. Dadanya berdegup kencang, berharap kalau Kellan tidak bercanda dan mengatakan kalau itu adalah perasaannya yang sebenarnya.
                “I’m not joking,” kata Kellan menatap Aria. Kellan masih berharap kalau laki – laki yang selalu Aria ceritakan itu, yang katanya dia sukai, adalah dirinya.
                Aria memandang Kellan, mencoba mencari sesuatu dalam bola mata hijau yang kini tengah memandanganya dalam. Bola mata yang selalu membuatnya tenggelam tiap kali menatapnya. Bola mata yang berhasing menangkap hatinya. Setelah menatapnya beberapa saat, Aria menemukannya. Kejujuran. 13 tahun bersahabat dengan Kellan, Aria tahu kalau saat ini Kellan berbicara serius padanya, tanpa ada unsur kebohongan.
                “Really?” Tanya Aria dengan nada tak percaya yang masih terdengar di telinga Kellan.
                Lagi – lagi Kellan hanya mengangguk, tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Kellan memang bukan tipe laki – laki yang bisa berkata – kata manis seperti itu, dan Aria mengerti akan hal itu.
                “You think I love someone else?” Tanya Aria lagi.
                “You always talk about him,” Kellan stated the obvious.
                “Yeah, but do you remember what I told you about what he’s looks like?”
                “Yeah. He’s independent, really love his family, sacrifice himself for his family, and he’s so stubborn,”
            “Do you know someone like that?”
                “Not really. But I know someone close enough to that personality.”
                “And who is that?” Tanya Aria, ingin tahu kira – kira siapa tebakan Kellan.
                “Jess,” jawabnya lirih.

                “What? Kellan, you’re being silly. First, it’s not Jess, and second, you forget to mention that he loves to argue,” kata Aria mengoreksi. Darimana dia dapat ide kalau Aria bisa suka pada kakaknya?
                “Well, selain sifatnya yang tidak suka beradu mulut, ciri – ciri orang itu sangat mirip kakak. Mungkin saja saat bersama denganmu ternyata dia suka berdebat?”
                “As long as I know, Jess is the only one person in the world I know that really hates to argues,” kata Aria mulai hilang kesabaran.
                “It’s you, Kellan, can you see it? Everytime I’m talking about a guy, that guy is you. The one I always thinking about when he already has a girlfriend or even a fiancĂ©e!” kata Aria blurting out everything in one breath.
                Setelah beberapa detik mereka berdua membeku. Kellan yang baru sadar kalau ternyata Aria yang disukainya sejak umur 5 tahun ternyata juga menyukainya. Aria suka padanya!
                Dan Aria membeku karena kata – kata yang baru saja diucapkannya barusan. Oops, seharusnya kata  kata itu tak keluar dengan cara seperti tadi. Blushing,  Aria membalik badannya dan bersiap untuk berlari, she’s embarrassed about what she just said. Tapi Kellan segera memegang lengannya dan mencegah Aria untuk kabur darinya. Not now. Not when this talk between us is not done, katanya dalam hati.
                Kellan looking at Aria with intense stare, “But, I’m not independent. Aku masih sangat bergantung pada kakak. Well. I do love my family, but everybody does. And I don’t think I’m sacrificing myself for my family. If someone that sacrificing himself, It’s Jess. He’s sacrificing himself so I can be a lawyer like I always dreamed. I was being selfish, want to chase my dream and leave Jess alone with all those responsibility even when I know that he has a dream too,” kata Kellan, terlihat kesal dengan dirinya sendiri.
                “Kellan …” kata Aria setelah dia bisa mengendalikan blushing-nya.
                “And I don’t love to argue,” kata Kellan whinning.
                “Well, you’re independent, Kellan. You can reach this point, being a lawyer like you dreamed, with that scholarship is a prove that you’re independent,” kata Aria.
                Tanpa menunggu respon Kellan, Aria melanjutkan, “You do sacrifice yourself for your family. You just do it in different ways. Ingat tiap kali kau membantu Jess menyelesaikan laporan yang diminta ayah kalian secara diam – diam, padahal besok ada quiz dan kau hampir gagal dalam quiz itu karena tidak tidur semalaman, karena kau melihat Jess yang terlalu kelelahan. Ingat waktu kau memohon pada ayahmu untuk berhenti perlakukan Jess seperti robot bahkan di ulang tahunnya yang ke-17, meminta Jess untuk diliburkan dari pekerjaannya selama seminggu, walaupun sebagai gantinya kau harus ikut les business, yang kau bilang bisa membuatkmu mati kebosanan? You do sacrifice, Kellan. And I can go on if you like,”
                “And for the last one, judging from the way you react everytime someone insults you, or, when you fight with your dad or Auxy everyday… yes, you love to argue,” kata Aria yakin.
                “I do not.”
                “Yes you do.”
                “No way.”
                “Yes way.”
                “Just… no!”
                “See my point? Love to argue, just like I said.” Aria said smugly.
                Kellan menyerah. Lagipula, sejak awal dia memang tahu kalau Aria benar. Dia hanya terlalu angkuh untuk mengakuinya. Selama beberapa menit mereka terdiam, tak tahu ingin berkata apa setelah sesi pengakuan tadi. Tapi, Kellan being Kellan, dia kesal dengan diam mereka yang tidak nyaman itu. Kellan pun buka suara, “So… you like me too?”
                Aria masih belum terbiasa dengan sifat Kellan yang satu ini, walaupun Kellan memang sudah sering melakukannya sejak mereka kecil.
                “Yea…” jawab Aria, obviously blushing.
                “So, we’re going out now?” Tanya Kellan lagi.
                “I guess…”
                “But, what about Reyna?” Tanya Aria, membuat Kellan yang sudah membuka mulutnya untuk berbicara kembali menutupnya untuk memikirkan jawaban pertanyaan Aria.
                “Sejak awal aku memang sudah menolaknya menjadi tunanganku kan? Because there’s no way I’m going to marry someone else except you.”
                “Too cheesy, Kellan,” Aria memberitahu.
                “Oops…” kata Kellan, dan mereka berdua tertawa.

No comments: